THE ANGEL SAVIOR (Part 2)

Ciuman. Ya, ciuman manis yang Ken berikan saat itu. Dengan bodohnya, aku malah membiarkan dia melakukan hal itu. Sebelumnya aku memang tidak pernah melakukan hal ini. Hanya bersama Ken lah aku melakukannya. Kami belum berhenti melakukannya. Aku tidak tahu entah berapa lama ini akan berlangsung.

“Hanaaaa!!!! Kenzie!!!” teriak Mr.Kin yang entah dari mana tiba-tiba ia muncul disaat yang tidak kami inginkan. Sontak kami menghentikan hal ini.

“Mr.Kin” ujarku dengan merapikan bajuku yang sama sekali tidak terlihat kusut. Sementara Ken hanya tersontak kaget begitu saja.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN??? ADA HUBUNGAN APA KAU DENGAN KEN? DAN KAU  KEN ADA HUBUNGAN APA DENGAN HANA?!” tanya Mr.Kin yang terdengar suaranya begitu menggelegar. Mr.Kin tampak seperti orang yang ingin tahu saja urusan orang lain. Mungkin karna dia cemburu, atau apalah itu. Aku kurang tahu mengenainya.

“Maafkan kami Mr.Kin. Kami tidak bermaksud untuk melakukan hal ini. Dan kami juga tidak ada hubungan apa-apa. Hanya saja kami dulu memang sempat berhubungan” jawab ken dengan nada rendah. Sementara aku masih terdiam.

Mr.Kin, atau panggilan akrabku padanya adalah Kin. Ia dengan sontaknya langsung menarikku secara paksa untuk menuju keruangannya. Sementara Ken masih berada di tempat tadi. Aku tidak bisa memperdulikan Ken, karna Kin masih saja menarikku secara paksa begini. Aku sangat-sangat tidak suka dengan cara Kin yang seperti ini. Dia terlihat sangat kasar. Sedikit pun aku tidak menemukan sisi lembut darinya. Dia berbeda dari yang kemarin aku kenal. Sosok lembutnya hilang begitu saja.

“Hana! Mengapa kau tega melakukan hal seperti tadi??” tanya Kin dengan nada tinggi. Saat itu ia sedang mengedarkan pandangannya kearah luar.

“Maaf Kin! Aku melakukan hal tadi atau tidak, itu sama sekali bukan urusanmu. Aku dan Ken telah berkenalan lebih lama dibanding aku yang baru kemarin mengenalmu. Maaf jika aku sudah lancang menjawab seperti ini, tapi memang ini jawabanku” jawabku tegas.

“Tapi kau harus tau! Dari awal melihatmu, aku sudah mempunyai rasa lebih terhadapmu yang tak dapat aku artikan dengan sendirinya. Dan kau harus mempunyai rasa yang sama terhadapku. Tak boleh ada pria lain yang kau cinta, selain aku. Dan hanyalah aku, Hana!!”

“Apa maksudmu berkata seperti itu??” tanyaku dengan nada sedikit meninggi. “Kau tahu?? Cinta itu tak bisa di paksakan. Jadi kau tidak ada hak memaksaku untuk mencintaimu” jelasku dengan tegas.

Kin yang sedari tadi berdiri menghadap kearah luar, kini merubah posisinya. Ia berjalan mendekatiku yang sangat tidak sopannya aku duduk di atas meja kerjanya dengan kaki tersila. Habisnya aku kesal dengan dirinya. Lagian aku tak perduli walaupun dia adalah seorang bos disini.

“Kau berani melakukan hal tadi bersama Ken, berarti kau harus berani juga melakukan hal ini bersamaku” ujar Kin dengan berdiri dalam posisi menjulangkan tubuhnya kearahku.

“Apa maksudmu?”

“Kau tidak usah berlagak polos. Baiklah biar aku yang memulainya” ujar Kioshi Kin dengan menatap sinis kearahku dan semakin lama wajahnya semakin mendekati wajahku.

“Kau tidak usah gila. Aku tidak akan mau melakukannya bersamamu” ujarku dengan berontak. Aku ingin kabur darinya, tapi aku sudah terperangkap dalam kawasannya.

“Kalau kau mencintai seseorang, bukan begini caranya” ujarku lagi.

“Aku tak perduli. Yang penting aku harus bisa mendapatkanmu. Tidak boleh ada yang lain. Jika tidak, maka dari salah satu diantara kalian harus MATI!!” ujar Kin dipenuhi dengan emosi yang menggelutinya. Aku tak menyangka dia bisa sekejam ini. Padahal pertemuan awalku dengannya, aku menemukan sosok baik dari dirinya. Berbeda dengan dirinya yang sekarang. Dia seperti orang kemasukan roh jahat yang berhasil menguasai dirinya begitu saja.

“Apa maksudmu berkata seperti itu? Siapa yang harus mati?” tanyaku dalam keadaan sigap.

Dengan sengaja, aku menolak tubuh Kin yang menjulang di hadapanku. Ia terjatuh. Namun ia berhasil menarik tanganku. Dengan cepat, tubuhku langsung terjatuh tepat di atas tubuh Kin. Namun aku berhasil beranjak bangun untuk menghindari Kin. Tapi ternyata gerakan Kin lebih cepat dari yang kuduga. Ia menolakku sehingga aku terjatuh di lantai ruangannya dalam keadaan terbaring. Entah bagaimana caranya dia melakukan hal ini, yang jelas aku merasa tak berdaya saat itu. Kin menghampiriku dengan cepat. Tubuhnya sekarang berada tepat diatas tubuhku. Kin mencengkram kedua tanganku dengan kuat. Dia mencari-cari celah untuk menciumku. Namun aku tetap bersikeras untuk tidak melakukannya. Aku sangat membenci dirinya.

“Kau sangat tidak sopan! Lepaskan akuu!!!” teriakku berharap ada yang menolongku dalam keadaan seperti ini.

“Ken tolong akuuu!!” teriakku lagi dengan nada yang lebih kuat.

Dalam hitungan detik, Ken tiba untuk menolongku. Dengan begitu saja Ken mendobrak pintu ruangan ini. Ken menarik Kin dan menghajarnya dengan pukulan yang kuat. Aku melihatnya. Aku melihat Kin yang terluka di bagian bibirnya. Aku pun terbangun dan langsung berlari menuju keluar ruangan ini. Kejadian yang dilakukan oleh Kin hari ini membuat aku shock. Sebelumnya aku belum pernah menemui orang sekejam Kin.

“Ken??” sapaku ketika melihat Ken yang sedang berjalan keluar menuju lobi utama.

“Hana… Kau tidak apa-apa kan? Baru saja aku ingin mencarimu” ujar Ken dengan nada khawatir. “Sebaiknya kau tidak perlu magang disini lagi. Aku tidak suka melihat Kin kasar padamu. Sejak kita berhasil melakukan hal tadi, aku ingin sekali menghajarnya ketika ia menarikmu. Tapi aku seperti terpaku dalam mencerna kata-kata yang dikeluarkan Kin tadi” jelas Ken khawatir padaku.

“Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku tidak bisa Ken, aku harus menjalankan tugasku dari sekolah. Kau mau melihatku tidak lulus nanti??”

“Aku sayang padamu. Aku tak rela jika kau diperlakukan seperti tadi oleh Kin” ujar Ken langsung memelukku. Sementara aku masih terdiam beberapa saat dalam pelukan Ken.

“Aku juga sayang padamu” ujarku tersenyum. “Kau tahu??” kata-kataku terhenti sejenak. “Kin tadi bilang padaku, jika aku tak menjadi miliknya, maka salah satu diantara kita harus mati. Dan ini semua salahku” ujarku dengan merintihkan air mata diatas baju Ken. Ya, air mataku memang gampang sekali terjatuh. Mungkin aku memang wanita yang cengeng. Tapi, inilah aku. Aku yang mudah menangis.

“Kenapa kau menangis Hana? Ini bukan salahmu” Ken mencoba menghiburku dan Ken juga menghapuskan rintihan air mataku.

“Aku tak rela jika kau harus mati. Lebih baik biar aku saja. Biar aku yang menanggung ini semua” ujarku yang masih terus menangis.

“Kau tidak boleh berkata seperti itu” ujar Ken saat meletakkan telunjuknya di bibirku. “Kau lihat mataku. Aku masih ingin hidup lebih lama bersamamu”

Aku langsung memeluk Ken. Ucapan Ken terdengar romantis saat itu. Oh tidak, bukan saat itu saja. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut Ken memang terdengar romantis. Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang bertepuk tangan untuk aku dan Ken. Ya, itu adalah tepuk tangan yang licik. Dia adalah Kin. Jelas saja kami menghentikan pelukan kami dengan begitu saja. Lagi-lagi dia selalu muncul disaat yang tidak tepat.

“Mau apa kau kesini?” tanya Ken sinis.

“Aku mau nyawa dari salah satu diri kalian”

“Apa maksudmu?” tanyaku dengan nada menyelidiki.

“Kau masih belum mengerti apa maksudku Nona?? Tentu saja aku tak rela melihat kau bersamanya. Jadi salah satu nyawa kalian harus menjadi korban pada hari ini” jawab Kin tersenyum sinis.

“Ambil saja nyawaku. Jangan pernah kau ambil nyawanya” ujar Ken mendekati Kin.

“Kau apa-apaan Ken!” sahutku dengan nada tinggi, seketika aku menarik tangan Ken agar kembali berada di dekatku. “Tidak. Tidak ada yang boleh mati diantara kita!” teriakku berontak.

“Ya terus saja kalian bercinta dihadapanku” Kin meninggikan nada bicaranya. “Jika diantara kalian tak ada yang mau mengalah untuk aku ambil nyawa kalian, maka kau Hana harus bersiap-siap menjadi yatim piatu” ucap Kin dengan sinis lagi. Kali ini Kin dua kali lebih sinis dari sebelumnya. “Aku akan menyuruh para bodyguard-ku untuk membunuh kedua orang tuamu yang berada di Indonesia, Takashimura dan Angelina” sambungnya lagi.

Aku tersontak kaget. Ternyata Kin mengetahui keberadaan orang tuaku di Indonesia. Kin juga mengetahui nama orang tuaku. Padahal aku belum sempat memberitahunya.

“TIDAK! KAU TIDAK BERHAK MENGAMBIL NYAWA ORANG TUAKU!” teriakku lebih keras dari sebelumnya.

“Lebih baik kau mengambil nyawaku saja”

“Tidak. Sebaiknya kau mengambil nyawaku saja, Kin” protes Ken dengan tegas.

“Ken? Kau tidak terlibat dalam hal ini. Dari awal ini semua memang salahku. Jadi biarlah aku yang bertanggung jawab atas semua ini, Ken” balasku protes.

“Tidak Hana! Masa depanmu masih panjang. Kau belum sempat membahagiakan orang tuamu. Jadi biar aku saja yang menggantikannya”

“Stopp Stop Stop!!!” teriak Kin menghentikan pembicaraan kami. “Aku hanya butuh satu jawaban, antara Ken dan Kau Hana! Aku tak butuh perdebatan kalian. Aku hanya butuh satu jawaban” ujar Ken dengan tegas sambil mengelus-elus pistol yang sedari tadi ia pegang.

“Bunuh saja aku” sahut Ken dengan tegas.

“Tidak. Ambil saja nyawaku, jangan Ken!” ucapku lebih tegas dari Ken.

Ken menatapku tajam. “Hana, kau harus selamat. Kau harus hidup. Karna jika diantara kita tak ada yang mati, maka nyawa kedua orang tuamu yang akan menjadi korban. Maka biar akulah yang menggantikan posisimu. Kau harus berjanji padaku. Kau harus hidup!” ujar Ken berada dihadapanku sambil menggoyangkan bahuku dengan ringan.

“Tidak Ken! Aku menyayangimu lebih dari diriku sendiri. Aku tak rela jika kau mengorbankan nyawamu hanya demi aku, Ken! Aku akan merasa bersalah nantinya” ujarku dengan menjatuhkan butiran air mata yang aku tahan sejak tadi.

“Kalau kau sayang padaku, maka kau harus mengikhlaskan kepergianku. Aku berjanji, aku akan setia menunggumu di alam sana. Dan aku juga berjanji, aku akan terus tetap mencintaimu walaupun nyawaku akan terhenti hari ini juga Hana!”

“Kau tidak boleh pergi Ken!” ujarku dengan butiran air mata yang mengalir  deras membasahi kedua pipiku.

“Nakanaide yo…” ujar Ken menghapus air mata yang membasahi kedua  pipiku. “Kau harus berjanji padaku bahwa kau akan bahagia di dunia ini” sambungnya lagi.

“Aku tak akan bahagia tanpamu Ken” ucapku lirih.

“Kau harus bersikap lebih dewasa, Hana. Kau harus merelakanku. Dan maafkan aku, aku harus melakukan ini” ucap Ken dengan nada melemah.

Aku terdiam. Aku terpaku dengan kata-kata yang Ken keluarkan. Bagaimana bisa aku mengikhlaskan kepergian orang yang sangat aku sayang begitu saja. Tidak bisa. Kalau pun bisa itu sangat terasa sulit bagiku. Mungkin bukan hanya aku saja yang seperti ini, orang lain pasti akan merasakan hal yang sama jika berada dalam posisiku seperti ini.

“Baiklah. Aku rasa semua sudah jelas” ujar Kin tersenyum menang. “Dan kau Hana, ini pistol untukmu” sambungnya lagi dengan memberikan pistol yang ia pegang sedari tadi. Aku pun mengambilnya begitu saja.
“Ini untuk apa? Apa maksudmu memberikannya padaku?” tanyaku sambil memerhatikan pistol jelek ini. Bagiku dia jelek, karna dia bisa digunakan untuk membunuh orang yang sama sekali tidak bersalah. Aku menyesal karna pernah mengatakan bahwa bahan pembuatannya itu unik. Sama sekali tidak. Aku sangat membenci pistol jelek ini.

“Lakukanlah. Karna kau yang aku tugaskan untuk membunuh Ken” jawabnya datar dengan rasa tak bersalah.

Aku terdiam beberapa saat. Namun kebencianku atas sikapnya, membuat aku ingin membunuhnya. Tapi aku tidak bisa membunuhnya, aku takut jika Kin tidak terbunuh mati olehku, maka dengan leluasa dia akan membalas membunuh orang tuaku di Indonesia. Kin sangat jahat padaku. Dia sangat kejam. Entah berapa kali aku menyebutnya kejam. Aku tak menghitungnya. Karna Kin memang benar-benar kejam.

“Mengapa aku yang harus membunuhnya? Bukankah kau yang sangat menginginkan salah satu diantara kami mati? Jadi kenapa aku yang harus membunuhnya??!” teriakku dengan suara yang sangat jelas.

“Karna aku tau bahwa kau mencintainya Hana! Cepat lakukan. Sebelum aku akan bertindak lebih sadis dari ini” ancamnya padaku
.
“Suatu hari Tuhan akan membalas tindakanmu ini, Kin!” ucapku geram.

“Cepat lakukan Hana” teriak Ken datar.

“Tidak bisa! Aku tidak bisa melakukannya Ken”
“Kita dalam posisi darurat Hana. Kau tak perlu memikirkan aku. Aku akan baik-baik saja” ujar Ken dengan santai. Padahal aku tahu bahwa dia sama sekali tidak menganggap santai masalah ini.

“Cepat Hana. Lakukanlah!” sambung Ken lagi.

Jujur, aku tak bisa melakukan ini. Aku tak bisa membunuh nyawa seseorang yang berharga bagiku. Hatiku terasa seperti tertusuk bilah bambu yang rasanya akan sakit sekali. Aku akan merasa lebih baik jika aku saja yang dapat menggantikan posisinya. Terlebih aku sangat mencintai dan menyayanginya. Namun kondisi yang aku hadapi berbanding terbalik dengan harapanku yang tidak ingin membunuh Ken. Namun aku harus melakukan itu. Meskipun dengan kata terpaksa. Aku harus melakukannya.

Aku menarik bagian pistol yang akan mengeluarkan pelurunya. Aku menariknya perlahan-lahan. Aku merasa berat melakukannya. Jarak Ken berdiri sekitar 2 meter dari hadapanku. Aku berharap tembakanku nantinya akan meleset. Sebelumnya aku belum pernah melakukan hal ini. Ini begitu menyebalkan. Bila ini terjadi, maka aku memang seperti pembunuh. Akan lebih keren jika aku adalah pembunuh bayaran, masalahnya aku bukanlah pembunuh bayaran. Aku melakukan ini karna aku merasa di ancam oleh Kin. Padahal dari dulu sampai sekarang, aku tak pernah takut yang namanya ‘ancaman’. Mungkin karna ini menyangkut ‘nyawa orang tuaku’. Tapi bagaimana dengan nyawa Ken?
Baiklah dengan kata terpaksa aku akan melakukannya. Kali ini pistol yang aku pegang benar-benar sedikit lagi akan mengeluarkan pelurunya. Aku melakukannya sambil menutup kedua mataku. Aku tak sanggup menyaksikan perbuatanku yang kotor ini. Aku merasa hina melakukan hal sekeji ini.

DAN… AKU… (Benar-benar melakukannya)

Pistol yang sedari tadi aku gunakan mengeluarkan pelurunya. Peluru itu menyusuri kearah Ken berdiri. Aku setengah menutup mataku. Aku tak mau begitu jelas menyaksikan perbuatan kotor ini. “Oh Tuhan, semoga pelurunya tidak mengenai tubuh Ken” doaku dalam hati.

Aku memberanikan diri untuk membuka mataku perlahan-lahan. Dan aku melihatnya. Aku menyaksikannya. Ya, aku melihat peluru itu menyusuri salah satu bagian tubuh Ken. Ya, itu bagian jantung Ken. Oh My God! Aku tak berniat melakukan ini. Seketika air mataku kembali jatuh membasahi kedua pipiku.

“Aaa…” Ken menjerit kecil. Ia memegang bagian jantungnya yang disusuri oleh peluru itu. Aku langsung berlari menghampiri Ken. Sementara Kin bertepuk tangan. Lagi-lagi riuh tepuk tangannya kedengaran licik. Dia memang tidak pantas disebut manusia. Dengan perasaan tak bersalah, seketika itu dia meninggalkan aku dan Ken yang dalam keadaan bersimbah darah. Aku langsung menimang kepala Ken agar berada diatas pahaku.

“Ken, maafkan aku. Aku tak berniat melakukan ini” ujarku dengan bercucuran air mata.

“Aku tidak apa-apa Hana. Aku…bahagia karna kau…hidup” ucap Ken terputus-putus. Aku tau bahwa Ken merasakan kesakitan.

“Aku akan membawamu kerumah sakit. Mari aku akan menuntunmu”

“Tidak usah Hana” jawabnya singkat menggenggam jemariku.

“Shinaide! Shinaide kudasai!!” teriakku masih dalam keadaan bercucuran air mata.

“Nakanaide yo…” ucap Ken dengan menghapus butiran air mata yang membasahi kedua pipiku.

“Shinaide… Shinaide… Shinaide…” teriakku sekeras-kerasnya.

“Hana” Ken memanggilku dengan napas terengah-engah. “Nakanaide yo…” Ken menghapus lagi air mataku.

“Tersenyumlah. Aku mencintaa..imu Hana”

“Aku juga mencintaimu, Ken. Kau harus bertahan. Matamu tidak boleh tertutup. Aku mohon!” ujarku dengan mengelus-elus wajah malaikatnya. Bagiku Ken adalah seorang malaikat. Ya, Ken adalah seorang ‘Malaikat Penyelamat’ dalam hidupku. Ia rela mengorbankan nyawanya hanya demi aku dan keluargaku.

“Selamat tinggal Hana” kalimat terakhir yang diucapkan oleh Ken. Begitu menyakitkan mendengarkan Ken mengucapkan kata-kata itu.

“Ken…Ken…Ken…! Shinaide!!” teriakku dengan menggoyangkan tubuhnya yang sudah tak berdaya lagi.

Matanya sudah tertutup dan tidak akan pernah terbuka lagi. Itu adalah hal yang paling aku benci.
Aku menyesal telah membunuh Ken. Aku sangat menyesal meskipun aku terpaksa melakukannya. Semua telah terlambat, Ken tidak akan pernah membuka matanya lagi. Ken telah meninggalkan aku untuk selama-lamanya.
“Baiklah Ken. Aku mengikhlaskan kepergianmu. Terimakasih Ken atas pengorbananmu selama ini. Kau rela mengorbankan nyawamu hanya demi aku dan keluargaku. Kau tenang saja, aku akan hidup bahagia di dunia ini. Sesuai permintaanmu. Dan aku juga akan selalu tersenyum. Juga sesuai permintaanmu Ken. Dan aku akan selalu mencintaimu. Aku akan selalu menjaga cinta kita” jelasku dengan mencium kening serta bibir Ken untuk yang terakhir kalinya dalam waktu yang lama.

Aku masih dalam keadaan berlumuran darah. Ya, ini adalah darah Ken. Ini semua ulah dari perbuatanku walau ini aku lakukan hanyalah sebatas kata ‘terpaksa’. Aku segera menghubungi pihak rumah sakit. Sebelumnya aku juga terlebih dahulu menghubungi Bik Inah, pembantunya Ken. Aku tak berani untuk menceritakan hal sebenarnya. Karna aku sangat takut jika Bik Inah tak percaya ketika aku menjelaskan padanya dan semuanya akan menjadi kacau. Aku tak mau itu terjadi. Biarlah untuk beberapa saat aku tak menceritakannya dulu. Tapi aku berjanji, suatu hari nanti aku pasti akan menceritakannya pada Bik Inah. Dan semoga saja Bik Inah percaya padaku.

**********************************************************************************

Rabu, 19 Juni 2013, Tokyo. Ya, hari ini adalah hari rabu. Hari pelaksanaannya pemakaman Ken. Sangat ramai kerabat Ken yang berdatangan. Aku masih seperti kemarin. Air mataku terus saja bercucuran. Aku tak bisa menghentikan air mata ini. Ya, aku memang harus ikhlas dengan kepergian Ken. Dan aku juga harus tersenyum dan bahagia di dunia ini. Tapi tidak dalam waktu dekat. Aku masih tidak habis fikir atas kejadian yang berlangsung kemarin. Semua orang yang berada di pemakaman ini menatapku dengan pandangan bertanya-tanya. Aku tau apa yang ada di benak mereka. Mereka pasti bertanya-tanya mengapa kehadiranku membuat Ken lenyap dari muka bumi ini. Ya, mungkin mereka berfikir bahwa aku ini dikutuk bisa mendatangkan sial buat orang lain. Atau apalah gitu sejenisnya. Ya, begitulah. Terserah mereka mau berkata apa. Yang jelas aku juga tidak menginginkan keadaan seperti ini.

Pemakaman telah berlangsung lama. Doa-doa pun telah kami kirimkan untuknya, Ken. Mereka yang berdatangan pun kembali pulang kerumah mereka masing-masing. Hanya saja aku yang tetap berada di pemakaman ini. Aku tidak tega meninggalkan Ken sendirian di tempat seperti ini. Tapi aku seketika sadar, bahwa alam aku dan Ken telah berbeda.

“Ken, kau dengar aku berbicara??” suaraku terhenti sejenak. “Baiklah Ken, kau harus mendengarkannya” ujarku dengan sedikit meninggikan frekuensi suaraku. “Aku sangat mencintaimu, Ken. Kau harus berjanji bahwa kau akan baik-baik saja di alam barumu. Kau harus menungguku. Suatu saat aku juga akan berada disana bersamamu” ucapku dengan meneteskan butiran air mata yang sedari tadi tergenang di dalam bola mataku.

“Dan kau tenang saja. Sampai kapan pun aku tidak terima atas perlakuan Kin terhadap kita. Aku akan berhenti magang. Dan aku akan melaporkan pada pihak sekolahku agar aku di tugaskan magang ditempat lain. Kau tenang saja Ken. Aku akan bahagia dan tersenyum untukmu di dunia ini. Sesuai permintaan terakhirmu” sambungku lagi dengan sedikit tersenyum.


                                                                     
                                                                       *The End*
                                              

1 komentar:









  1. Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


    ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


    ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND



    ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
    DAN D*** GHOIB

    BalasHapus

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Followers