THE ANGEL SAVIOR (Part 1)

Namaku Ohanami. Ibu dan Ayahku tinggal di Indonesia. Ayahku berdarah  Jepang, sedangkan Ibuku, Angelina berdarah Indonesia. Wajahku lebih beroriental ke Jepang meskipun Ibuku adalah orang Indonesia. Kebanyakan orang mengatakan bahwa aku terlebih mengikuti gen Ayahku, Takashimura.

Aku seseorang siswi dari SMK 1 Okinawa University. Ya, itu nama sekolahku. Aku tinggal di Okinawa. Ya begitulah… Okinawa adalah tempat kelahiran Ayahku.  Jarak rumah dari sekolahku begitu dekat. Aku tak butuh kendaraan untuk tiba ke sekolah. Tentu saja aku bisa berjalan kaki dengan waktu 10 menit untuk tiba ke sekolahku itu.

Hari ini adalah hari Senin. Hari dimana adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan di hari minggu. Kali ini aku mendapatkan tugas untuk magang di salah satu perindustrian yang berada di Tokyo. Dan tentu saja kali ini aku sangat membutuhkan kendaraan untuk tiba disana. Jarak rumahku yang berada di Okinawa membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di Tokyo.

Aku menggunakan mobil berwarna biru muda mengkilap. Ini adalah mobil pemberian Ayahku ketika aku berulang tahun pada umur yang ke-16 tahun. Ya, tepatnya pada tahun lalu. Hari ini aku juga mengenakan rok mini berwarna hitam, baju lengan pendek berwarna biru muda serta dengan rambutku yang terurai indah. Aku selalu merasa percaya diri dengan gayaku yang natural ini.

Aku pun mulai mengendarai mobilku dari Okinawa menuju ke Tokyo. Aku sangat menikmati perjalanan yang indah ini. Dengan alunan lagu kesukaanku “If You’re Not The One”. Oh tidak, lebih tepatnya itu adalah lagu kesukaan Kenzie, sahabat sekaligus cinta pertamaku. Tapi entah mengapa, lama kelamaan aku jadi menyukai lagu ini. Dan aku pun telah menjadikan lagu ini menjadi salah satu lagu favorit dalam playlistku.

Perjalanan telah berlangsung lama. Dan akhirnya aku pun tiba di Tokyo. Ya tepat pada tempat yang aku tuju. Aku segera memarkirkan kendaraan kesayanganku ini. Aku langsung beranjak keluar dari mobil menuju lobi. Semua mata tertuju padaku. Aku tertegun heran.

“Ada apa kok mereka ngeliatin aku kaya gitu?” batinku sesaat.

“Konnichiwa” sapa salah seorang pekerja disini. Atau, lebih tepatnya dia adalah seorang bodyguard. Aku melihat kartu nama yang tergantung dilehernya. Wah tatanan wajahnya begitu menyeramkan.

“Konnichiwa” balasku tersenyum. “Sorry, ruang kerja Mr.Kioshi Kin dimana?”

“Mari Nona saya antar”

“Arigatou”

Aku pun mengikuti jejak langkah bodyguard ini. Ia mengantarku hingga tiba di ruang kerja Mr.Kin. Mungkin karna dia tau kalau aku adalah karyawan yang akan magang selama 3 bulan di perindustrian ini. Entah perindustrian apa, aku tidak tahu. Dari awal tak ada yang memberitahuku. Dan aku pun sama sekali tidak menanyakannya. Menurutku, tidak begitu penting.

“Mr.Kin, ada yang ingin bertemu Anda” ujar bodyguard yang menyeramkan ini dengan suara beratnya.
“Suruh dia masuk” jawab Mr.Kin dengan lantang.

Aku yang sedari tadi berdiri di depan pintu pun segera melangkahkan kaki untuk masuk ke ruangannya. Aku menebarkan pandangan ke daerah sekitar. Ruangan ini penuh dengan hiasan senjata. Sekilas aku berfikir, ”Apa hubungannya senjata dengan tempat ini? Aneh! Sangat menyeramkan. Atau jangan-jangan…”
“Ohanami?” sapa Mr.Kin dengan membuyarkan pikiranku.

“Iya saya Ohanami. Panggil saja Hana” jelasku.

“Baiklah. Selamat datang di Perindustrian Pistol, semoga kau senang bekerja disini. Ruanganmu berada di samping lobi utama”

“Hah? Pistol? Kok pistol sih? Kenapa aku di magangin disini? Gila benar-benar gila. Pantesan saja hiasan ruangan yang aku jajaki penuh dengan pistol!” gerutuku dalam hati.

Tanpa berkata apapun aku langsung melangkah menuju keluar ruangan. Aku sempat melihat Mr.Kin yang heran dengan gerak-gerikku. Tapi aku tak menghiraukannya. Aku berjalan menelusuri lobi samping menuju ruang kerjaku yang berada di samping lobi utama. Ternyata tempat ini sangat banyak lobinya. Aku saja sempat bingung untuk menjajaki lobi ini.

“Hana, tunggu!!” teriak Mr.Kin yang ternyata sedari tadi mengikuti langkahku dari belakang.
“Iya” aku membalikkan tubuh. “Oh Mr.Kin ada apa?”

“Tidak. Aku hanya mengikutimu, takut saja kalau sampai kau tersesat. Disini sangat banyak lobi-lobi yang jika kau salah melewati, kau akan bingung nantinya”

“Oh terimakasih Mr.Kin atas perhatiannya”

“Panggil saja aku Kin. Biar kedengarannya lebih akrab”

“Kau tidak keberatan? Kau kan seorang bos disini”

“Tidak”

“Baiklah”

“Aku antar ke ruanganmu bagaimana?”

“Dengan senang hati”

Aku pun melanjutkan perjalananku dengan Kioshi Kin. Atau lebih akrab, Kin. Entah kenapa bos aku yang bernama Kin itu dapat berteman akrab denganku begitu saja. Aku juga heran. Feeling aku sih, sepertinya dia menyukaiku. Ya, begitulah.

“Ini ruanganmu” Kin membukakan pintu ruangan kerja ini untukku. Aku langsung menebarkan pandangan.
“Sangat penuh dengan pistol”

“Iya namanya saja Perindustrian Pistol, nanti disini kau akan diajarkan oleh Kenzie bagaimana cara menembak dan membuat pistol. Dia sudah ahli. Nanti akan aku perkenalkan kau dengannya” jelas Kin padaku.

“Kenzie??” tanyaku menyelidiki.

“Iya, kenapa dengannya? Apa kau mengenalnya?”

“Oh tidak. Aku cuma beranggapan bahwa namanya sudah tidak asing lagi bagiku”

Kin menghampiri telfon yang berada diruangan kerjaku seraya menekan nomor telfon yang ingin dia hubungi. Entah nomor siapa aku juga kurang tahu.

“Konnichiwa Kyoko Hiromasa Kenzie. Oke segera kau datang ke ruangan kerja disamping lobi utama. Ada orang yang ingin aku perkenalkan padamu” terdengar ucapan Kin di telfon.

“Kyoko Hiromasa Kenzie?? Tak salah lagi. Ya, aku benar-benar mengenal nama itu. Apa benar dia ada disini?” dugaku dalam hati.

Sekitar 5 menit, Kenzie pun tiba diruangan kerjaku.

“Konnichiwa” sapa Ken.

“Konnichiwa” balasku dan Kin.

“Oke Ken, kenalin ini seorang siswi yang akan magang di perusahaan kita selama 3 bulan. Dan kau aku intruksikan untuk mengajarinya membuat pistol dan juga mengajarinya menembak dengan baik dan benar”

“Baik Mr.Kin”

“Oke aku tinggal” Mr.Kin meninggalkan ruangan ini dengan langkah kecil.

“Aku Kyoko Hiromasa Kenzie. Panggil saja Ken” ujar Ken dengan mengulurkan tangannya untukku.

“Aku Ohanami. Panggil saja Hana” balasku mengulurkan tangan juga. “Aku seperti mengenalmu” ucapku refleks.

“Sepertinya aku juga merasakan hal yang sama” balas Ken.

“Namamu mengingatkanku pada cinta pertamaku sewaktuku kecil. Jelas aku tak ingat lagi wajahnya semenjak dia pindah ke Inggris”

“Kau??” ujarnya sembari memelukku dengan erat. “Ternyata kita dipertemukan disini. Ternyata kau Ohanami yang selama ini aku cari. Kau cinta pertamaku” sambungnya lagi dengan nada terlalu bersemangat.

“Benarkah? Adakah hal yang bisa membuatku percaya padamu?” tanyaku menyelidiki.

“Tentu saja. Sini ikut aku” melepaskan pelukannya, namun memegang tanganku dengan erat menuju keruangan kerja milik Ken.

“Kau masih ingat ini?” Ken menampakkan jam tangan pemberianku yang dia letakkan rapi di dalam laci meja kerjanya.

“Kau masih menyimpannya??” ujarku senang dengan menebarkan senyuman yang indah.

“Tentu saja”

“Sekarang aku yakin kalau ternyata kau adalah Ken yang selama ini aku cari”

“Tunggu masih ada satu hal lagi”

“Apa itu Ken?”

“Lihat ini” Ken menyodorkan foto yang dia keluarkan dari dompetnya
.
“Ah kau masih saja menyimpan foto mesra kita dulu” ujarku dengan tersipu malu.

“Nah apakah kau masih menyimpan foto kita ini?” tanya Ken menyelidiki.

“Tentu saja masih. Fotonya aku bingkai dan aku letakkan di dalam mobilku. Sebagai hiasan terindah”

“Boleh aku melihatnya nanti?”

“Tentu saja” jawabku enteng.

“Baiklah. Sekarang kau ikut aku” ujar Ken menarik tanganku dengan lembut. Dengan patuh, aku pun mengikutinya.

“Nah ini tempat pembuatan pistol. Pertama aku akan mengajarimu dulu tentang bagaimana cara membuatnya. Biar nantinya kau bisa membuatnya sendiri. Setelah itu baru aku akan mengajarimu menembak. Tidak susah kok. Asal kau ada niat untuk melakukannya” ujarnya dengan memancarkan senyuman indahnya.

“Ribet. Terlalu ribet menurutku”

“Ya kau harus menjalaninya. Semuanya bakal indah kalau kau menjalaninya bersamaku” ujar Ken menggodaku.

“Ah kau bisa saja” ujarku dengan malu-malu. “Iya-iya aku tau itu. Sekarang aku harus berbuat apa? Nah ini bahan-bahan apa kok unik gitu?” tanyaku sambil mengambil bahan pembuatan pistol yang tercecer di lantai.

“Hahahaha” Ken tertawa licik padaku.

“Kenapa kau tertawa? Aku tak menyuruhmu tertawa”

“Kau lucu” ujar Ken tersenyum.

“Lucu bagaimana maksudmu?” tanyaku polos.

“Karena dari sekian banyak siswi yang magang disini, nah baru kau yang mengatakan bahwa bahan-bahan pembuatan pistol itu unik. Banyak yang mengatakan bahwa bahan pembuatan pistol itu aneh lah, gak berbobotlah, rongsokanlah, dan masih banyak lagi” jelas Ken tersenyum.

“Kau bisa saja, Ken. Tapi bahan-bahan ini memang unik loh”

“Itu yang membuatku mencintaimu. Kau berbeda dari yang lain” ujar Ken menggodaku.

“Ehm.. Kau dari dulu sama saja. Kerjaanmu sangat hobi menggodaku” ujarku mencibir.

“Bukannya kau sangat suka jika aku goda?” goda Ken lagi.

“Udah ah. Sekarang tugasmu mengajariku membuat pistol. Bukan menggodaku” ujarku mengalihkan pembicaraan.

“Oke kali ini kau menang. Tapi lihat saja nanti. Baiklah aku akan mengajarimu” sahut Ken sambil mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat pistol yang berada dalam kotak khusus seperti koper yang berada disampingnya.

Ken pun mengajariku bagaimana cara membuat pistol. Ken juga mengenalkanku dengan bahan-bahan unik dalam pembuatan pistol. Awalnya aku kurang suka dalam perindustrian ini. Tapi entah kenapa aku menjadi suka membuatnya. Entah karena Ken yang mengajarinya, atau karena ternyata aku memang benar-benar suka dengan pistol. Oh tapi tidak, dari dulu aku tidak pernah ada niat untuk membuat pistol. Apalagi menembaknya. Sama sekali aku tak berniat dalam hal ini.

“Kau sudah berapa lama kerja disini?” tanyaku pada Ken sambil membereskan bahan-bahan yang sudah tak di pakai lagi.

“Aku baru menggeluti pekerjaan ini sekitar 2 tahun”

“Selama itu kau tidak memberitahuku bahwa kau berada di Tokyo?!” ujarku dengan nada tinggi.

“Aku coba menghubungimu, tapi nomor handphonemu tidak aktif. Berulang kali aku hubungi, hasilnya tetap sama”

“Oh iya, maafkan aku. Handponeku sempat hilang saat itu. Tapi kenapa kau tidak mencoba menghubungiku via facebook atau twitter?”

“Kau lupa?? Kita itu jarang online. Masing-masing dari kita terlalu sibuk dengan aktivitas yang kita jalankan. Bagaimana bisa aku menghubungimu”

“Kau benar” ujarku tersenyum lega.

“Setelah ini kau mau kemana?” tanya Ken padaku.

“Aku mau pulang. Tapi aku belum ada tempat tinggal. Mungkin aku akan berusaha untuk mencarinya terlebih dahulu”

“Bagaimana kalau kau tinggal dirumahku saja. Kebetulan aku tinggal berdua dengan pembantuku. Dan kau tenang saja, dirumahku masih ada kamar kosong” jelas Ken yang tengah berdiri dihadapanku.

“Oke, kalau kau tidak keberatan” ujarku tersenyum lepas.

“Oh tidak. Aku sama sekali tidak keberatan. Aku senang bisa membantumu”

Aku dan Ken langsung menelusuri perjalanan dari Tokyo menuju rumah Ken yang letaknya tidak terlalu jauh dari Tokyo. Ken melihat foto mesra aku bersamanya yang aku letakkan di samping kotak tissue di dalam mobil ini. Ken terus melihatnya, namun aku hanya tersenyum lepas saat itu. Aku tidak berkomentar apa-apa. Begitu juga dengannya. Aku hanya melihat ulasan senyumnya yang berbekas ketika melihat foto itu. Aku terus menelusuri jalannya sesuai dengan aba-aba yang Ken berikan. Jujur, aku tak menyangkal bahwa Ken masih sama seperti dulu. Ken tetap tampan. Tapi hanya satu yang ingin aku tahu dari dirinya tentang perasaannya padaku. Meskipun kejadian itu sekitar 4 tahun silam, aku masih tetap menyimpan perasaan padanya. Entah mengapa, aku sulit untuk melupakannya. Mungkin benar kata orang-orang bahwa cinta pertama itu sulit di lupakan. Ya, mungkin itu benar.

“Hei!! Kau tidak melamun kan?” sapa Ken dengan membuyarkan lamunanku.

“Oh tidak. Aku hanya fokus menyetir saja tadi” ujarku cengengesan.

“Kau bohong! Kau tadi itu melamun. Aku memperhatikannya”

“Ah entahlah” ucapku dengan sedikit malas.

“Kau sakit?” tanya Ken khawatir.

“Tidak” jawabku tegas.

“Yasudah, itu rumahku yang bewarna orange” ujar Ken sambil menunjukkan rumahnya yang bewarna orange.

Aku pun segera mempercepat kecepatan mobil yang aku kendarai ini menuju ke halaman rumah Ken. Rumah Ken tampak indah, bersih, dan asri. Aku tak menyangka seorang Ken pandai memilih seorang pembantu. Ya semoga saja Ken tidak menjadikan aku pembantu dirumahnya yang bagaikan istana ini.

“Kau gila! Rumah sebesar ini hanya kau sendiri yang menempatinya?” ujarku dengan nada tinggi sambil berjalan masuk menuju pintu rumah Ken.

“Lebih tepatnya aku tinggal berdua dengan pembantuku itu” sahut Ken menyanggah perkataanku.

“Ya, apapun itu. Yang jelas kau sendirian. Aku pikir kau telah mempunyai pendamping hidup” ceplosku refleks.

“Tidak. Aku belum menemukan yang tepat” sahut Ken ringan.

“Kau tidak mencari. Bagaimana mau menemukan” gerutuku sesaat ketika membaringkan tubuh diatas sofa milik Ken.

“Apa kau bilang? Mencarii?? Aku tak perlu mencari” jawab Ken dengan menengadahkan wajahnya diatas wajahku. Sekilas aku merasakan degup jantungku yang tak beraturan lagi.

“Kenapa begitu?”

“Karena aku telah menemukanmu”

“Maksudmu?” tanyaku polos.

“Ya, karena aku yakin kalau kau adalah jodohku. Jadi buat apa aku harus mencari lagi. Sementara kau sudah ada di depan mataku. Aku hanya perlu meraihmu”

Mendengar perkataan Ken seperti itu. Aku merasakan sekujur suhu tubuhku menjadi dingin. Pipiku merah merona. Aku tersipu malu. Begitu juga dengan degup jantungku yang tak beraturan lagi. Kali ini degup jantungku dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Aku dan Ken sempat bertatapan dalam waktu yang lama. Namun karena aku dapat menyadarinya, aku beranjak bangun dari sofa dan menghindar dari wajah Ken yang sedang menengadahkan wajahnya di atas wajahku.

“Kau kenapa? Apa ada yang salah dari perkataanku?” tanya Ken hati-hati.

“Oh tidak. Aku justru senang mendengar perkataan seperti itu keluar dari mulutmu” jawabku malu-malu.

“Benarkah?”

“Iya benar Kyoko Hiromasa Kenzie” ujarku tersenyum lepas. “Oya, kamarku bagian mana? Terlalu banyak kamar dirumahmu” ujarku dengan nada bingung sembari mengedarkan pandangan kearah sekitar rumah Ken.

“Disamping kamarku saja bagaimana?” tawar Ken padaku.

“Okay, no problem! Arigatou Ken”

“Douitashimashite”

Ken mengantarku menuju kamar yang berada di samping kamarnya sambil membawakan barang-barang milikku. Aku tidak menyuruhnya. Tapi Ken sendiri yang mau melakukannya.

“Kamarmu besar” ujarku sambil merebahkan badan diatas springbed bewarna merah.

“Kau suka?”

“Tentu saja”

“Semoga kau betah tinggal disini” ujar Ken tersenyum padaku sambil melirik jam dindingnya. “Sudah jam 5. Kalau kau mau mandi silahkan. Aku tinggal dulu ya, aku ada urusan penting”

“Jam berapa kau pulang?”

“Nanti aku kabari. Berapa nomor handphonemu?” tanya Ken sambil mengeluarkan handphone dari sakunya.

“085201071996”

“Oke aku tinggal ya” ujar Ken sambil melangkah kakinya menuju keluar kamar yang aku tempati.

“Kia-kira Ken kemana ya??” batinku sesaat. “Ah entahlah. Sepertinya aku memang harus mandi. Badanku mulai terasa gerah. Semoga saja Ken cepat kembali” batinku lagi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Oh my God. Aku ketiduran” ujarku kaget ketika melihat jam telah menunjukkan pukul 08.30 malam.

“Ken…Ken..Kenzie.. Apakah kau sudah pulang??” teriakku sambil berjalan menelusuri rumahnya.

“Maaf Nona, Tuan Ken belum pulang” sahut pembantu yang berada dirumah Ken.

“Biasanya kalau Ken belum pulang, dia kemana ya Bik?” tanyaku dengan nada hati-hati.

“Tuan Ken kerja di Perindustrian Pistol itu keseringan sampai malam Non. Sekitar pukul 10 keatas nanti pulangnya. Padahal Bibik sudah mengingatkannya supaya jangan keseringan lembur” jelas pembantu Ken dengan nada khawatir.

“Yasudah deh Bik. Kalau gitu aku tunggu Ken pulang saja” ujarku tersenyum kecil.

“Baiklah” sahut pembantu Ken lembut, lalu meninggalkanku yang tengah berada di ruang tamu rumah Ken sendirian.

Malam ini aku mengenakan baju bewarna pink disertai dengan corak bunga sakura dan aku juga mengenakan celana pendek sepaha. Aku berniat untuk menunggu Ken pulang. Aku berbaring di sofa dengan posisi kakiku tersila. Kebetulan ada majalah diatas meja. Ya walaupun majalahnya berisi tentang kepriaan. Apa boleh buat untuk diriku yang tengah suntuk dalam keheningan malam ini. Aku mencoba membalikkan lembaran-lembaran majalah tersebut. Hasilnya tetap sama saja. Sama sekali aku merasa bosan. Rasa bosanku tak kunjung hilang. Aku juga melihat handphoneku berkali-kali. Dan hasilnya tetap sama. Ken tidak menghubungiku. Sungguh sangat menyebalkan.

“TING NONG” bunyi bel rumah Ken.

“Mungkin itu Ken” ujarku dalam hati. Dan sesaat aku langsung beranjak bangun dari sofa. Aku juga sempat merapikan rambutku agar tampak indah di mata Ken. Ya lebih tepatnya aku ingin selalu tampil indah di mata orang lain, termasuk Ken.

“Iya sebentar” teriakku. Lalu aku pun langsung menghampiri dan membuka pintu untuknya.

“Hana??” sapa Ken kaget melihatku.

“Iya,  kenapa?? Kau kaget??” ujarku dengan nada ketus ketika berpas-pasan dihadapannya.

“Kenapa kau belum tidur?”

“Menunggumu. Seharusnya kau pulang lebih cepat. Kau tega meninggalkanku sendiri dirumahmu. Dan kau juga tidak memberi kabar padaku jam berapa kau akan pulang. Kau sungguh menyebalkan, Ken!” ujarku dengan tatapan sinis.

“Sudahlah. Aku tidak mau ribut denganmu. Aku mau masuk” ujar Ken dengan menggendongku, membawaku menuju kamar tidurku.

“Tapi aku belum selesai bicara Ken!” ujarku dengan kesal.

“Sudah. Kau tidur. Sekarang sudah larut malam!” sahut Ken dengan lembut.

“Tidak. Aku belum mau tidur sebelum kau menjelaskan mengapa kau telat pulang, Ken? Ini sudah jam 10 malam” ujarku ngotot.

Ken terdiam untuk beberapa detik. Ken menurunkanku yang sedari tadi di gendong olehnya. Ia merubah posisiku, agar lebih mudah berbicara denganku secara berhadapan.

“Baiklah aku akan menjelaskan” ujar Ken dengan nada lemah. “Ya memang seperti ini aktivitasku selama 2 tahun. Terkadang bahkan aku tidak pulang kerumah. Tapi karena aku berfikir bahwa kau ada dirumahku, jadi aku tidak tega meninggalkan kau sendirian”

“Kau tidak perlu bekerja lembur seperti ini. Aku tahu kalau kau adalah seorang pekerja keras. Tapi kau harus mementingkan kondisi fisikmu juga. Kau tahu??!” kata-kataku terhenti sejenak. “Aku sangat mengkhawatirkanmu, Ken” ujarku sembari memeluknya dengan erat, seolah-olah aku tak mau jikalau suatu saat nanti sosok Ken lenyap dari hadapanku.

“Hahahaha”Ken tertawa lepas dengan menampakkan susunan giginya yang rapi. “Arigatou Hana, kau telah mengkhawatirkan diriku ini. Baiklah sekarang kau harus segera tidur” ujar Ken mencium keningku. Lalu ia pun menuntunku menuju kamarku. Ya, untuk sementara itu adalah kamarku. Kamar yang letaknya tepat disamping Kamar Kenzie.

“Hana...” sapa Ken ketika aku telah berada diatas springbed, sementara Ken berdiri di depan pintu kamarku. Aku pun menoleh. “Oyasumi Hana-San” ujar Ken tersenyum manis.
“Oyasumi Kenzie-San” balasku tersenyum.

**********************************************************************************

Pagi yang cerah. Hari ini aku mengenakan baju bewarna pink yang berukuran mini diatas lutut. Aku juga mengenakan bando untuk memperindah rambutku yang terurai ini. Lalu aku juga mengenakan high heels yang tidak terlalu tinggi bewarna hitam, agar sepadan dengan warna bingkai kacamataku. Hari ini aku memakai kacamata. Karena sebenarnya aku memang harus memakai kacamata. Ya bisa dikatakan aku menderita rabun jauh sejak kelas 1 SMP. Ya apapun itu, aku hari ini tetap tampil natural. Berbeda dengan Ken, ia hari ini mengenakan baju kantornya seperti biasa. Apapun tampilannya, Ken tetap terlihat tampan. Dan aku sangat menyukai hal itu.

“Ohayou” sapa Ken ketika menghampiriku di meja makan. Ya aku tiba lebih awal di meja makan, karena aku berniat untuk membantu Bik Inah, pembantunya  Ken untuk menyiapkan sarapan pagi.
“Oyahou ne” balasku tersenyum.

“Pagi-pagi sekali semuanya sudah pada repot ya” ujar Ken sambil duduk di kursi yang terdapat di meja makan.

“Ehm.. sepertinya enak nih” ujar Ken lagi dengan mencium aroma nasi goreng yang berada dihadapannya.

“Ini bukan sepertinya, Ken. Nasi goreng ini memang benar-benar enak loh. Aku dan Bibi yang membuatnya”

“Memangnya kau bisa masak? Sejak kapan??” tanya Ken dengan nada remeh dengan mengernyitkan dahinya.

“Kau meremehkanku?? Aku memang tidak begitu bisa. Tapi setidaknya, aku turut hadir dalam masakan Bibi pagi ini” jawabku kesal.

“Baiklah. Aku minta maaf. Aku akan segera menghabiskan nasi goreng ini” ujarnya pelan sambil menyantap nasi goreng dengan lahap.

Untuk beberapa saat, suasana menjadi hening. Aku dan Ken tengah menikmati sarapan pagi yang menurutku rasanya begitu enak. Entah karena aku lapar, atau karena makanan ini memang terasa begitu sangat-sangat lezat.

“Bagaimana kalau hari ini kita berangkat menggunakan sepeda motor milikku saja? Sudah lama kan kita berdua tidak naik sepeda motor??” tanya Ken dengan nada ragu-ragu ketika santapan kami telah selesai.
“Baiklah. Arigatou Ken” jawabku tersenyum sekilas.

“Mari kita berangkat” Ken mengulurkan tangannya untuk menggandengku berjalan. Aku benar-benar bahagia. Ini semua terasa seperti saat-saat pertama kami pacaran. Ah, entahlah. Aku memang sering berfikiran seperti ini.

Aku dan Ken menikmati perjalanan yang indah ini diikuti dengan terpaan angin yang hobi sekali mengayunkan rambutku dengan alunan tersendirinya. Hari ini aku dan Ken  berangkat ke Perusahaan Mr.Kin menggunakan sepeda motor milik Ken yang bewarna merah. Aku tidak tahu apa nama sepeda motor ini. Yang jelas, banyak cowok-cowok yang kelihatan macho ketika mengendarai sepeda motor ini. Yah, sepeda motor ini tempat duduknya menjulang kedepan. Dan para pria sangat memanfaatkan kesempatan seperti ini bersama wanita yang ia sukainya. Hahahaha entahlah. Yang pasti aku merasakan kehangatan duduk di belakang Ken seperti ini. Aku juga tak lupa memeluk badannya dengan erat. Takut-takut saja kalau aku jatuh nantinya. Ehm… kedengarannya memang konyol, tapi aku sangat menikmati saat-saat seperti ini.

“Hana… Kita sudah sampai” ujar Ken yang sedari tadi masih bingung dengan keadaanku yang terus saja masih memeluk badannya itu.

“Ha.. Gomen ne Kenzie-san. Aku ketiduran” ujarku dengan rasa malu yang tak terkira lagi. Aku pun langsung melepaskan pelukanku yang erat itu.

“Hai! Aku tidak tahu kalau kau ketiduran. Seharusnya aku yang minta maaf Hana-san”

“Oh tidak apa-apa Ken” ujarku tersenyum.

“Rambutmu terlihat sedikit berantakan. Mari biar aku yang merapikannya” Ken tersenyum padaku.
Ia pun merapikan rambutku dengan sentuhan tangannya yang lembut itu. Aku sangat menyukai saat-saat seperti ini. Ken terus saja merapikan rambutku. Tak disangka ternyata jarak Ken yang berdiri dihadapanku semakin dekat denganku. Degup jantungku kembali tak beraturan lagi. Aku takut jika Ken mendengarkan degup jantungku yang dahsyat ini. Ah, jika itu terjadi, ini sangat memalukan.

“Kenapa degup jantungmu semakin kencang?” tanya Ken tiba-tiba. Wajahku langsung memerah. Perasaan malu pun menghantui diriku ini.

“Ah tidak!” jawabku tegas.

Ken semakin dekat denganku. Aku yang sedari tadi masih duduk di atas sepeda motor miliknya, kini merubah posisiku menjadi berdiri dihadapannya. Tinggi diriku hampir sepadan dengannya. Karna aku mengenakan high heels. Ya aku juga tidak terlalu pendek. Hanya saja aku ingin menyamai ketinggianku dengan Ken. Kali ini aku tidak bisa memungkirinya. Ken tetap terus semakin dekat denganku. Wajah Ken dengan wajahku terlihat sangat dekat. Bibirku dengan bibirnya hampir menyatu dalam waktu dekat. Sampai-sampai aku harus berani menatap matanya dalam waktu yang lama. Aku terdiam, tak berkomentar apapun. Aku merasa sulit untuk mengeluarkan kata-kata sekecil apapun itu.

DAN KEN… (Melakukannya)







1 komentar:









  1. Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


    ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


    ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND



    ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
    DAN D*** GHOIB

    BalasHapus

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Followers